Minggu, 08 Januari 2012

Askep anak (anemia)


ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK

DENGAN ANEMIA


Definisi

Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah hemoglabin dalam 1 mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang dipadatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.

Jenis Anemia berdasarkan penyebabnya

  1. Anemia pasca perdarahan
Terjadi sebagai akibat perdarahan yang masif seperti kececelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan ; atau perdarahan yang menahun seperti pada penyakit cacingan.
  1. Anemia defisiensi
Terjadi karena kekurangan bahan baku pembut sel darah.
  1. Anemia hemolitik
Terjadi penghancuran (hemolisis) eritrosit yang berlebihan karena  :
a.       Faktor Intrasel
Misalnya talasemia, hemoglobinopati (talasemia HbE, siekle cell anemia), sperositis kongenital, defisiensi entum eritrosit (G-GPD, peruvat kinase, glutatahri reduktase).
b.      Faktor Ekstrasel
Karena Intoksikasi, infeksi (malaria), imonologis (inkom pati bilitas golongan darah, reaksi hemolitik pada tranfiesi darah).
  1. Anemia Aplastik
Disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).

Anemia pasca perdarahan

Ø  Etiologi
Darah karena kecelakaan, operasi, perdarahan usus, uekus pepfikun, perdarahan kerena kelainan obsfretris, hemorvid, ankilostomiasis, jadi umumnya karena kehilangan darah yang mendadak atau menahan.

Ø  Kehilangan darah mendadak
1.      Pengaruh yang timbul segera
Akibat kehilangan darah yang cepat terjadi refleks kardiovaskuler yang fisiologis berupa kontraksi arterial, pengurangan aliran darah atau komponennya ke organ tubuh yang kurang vital (anggota gerak, ginjal dan sebagainya) dan penambahan aliran darah ke oragan vital (otak dan jantung).
Gejala yang timbul tergantung dari cepat dan banyaknya darah yang hilang dan apakah tubuh masih dapat mengadakan kompensasi. Kehilangan darah sebanyak 12-15 % akan memperlihatkan gejala pucat, transpirasi, taki hardie, tekanan darah normal atau merendah. Kehilangan darah sebanyak 15-20 % akan mengakibatkan tekanan darah menurun dan dapat terjadi renjatan yang masih reversibel. Kehilangan lebih dari 20 % akan menimbulkan enjatan yang irreversibel dedngan angka kemtian tinggi.
Pengobatan yang terbaik adalah dengan tranfusi darah, pilihan kedua adalah plasma (plasma expanders atau plasma substitute). Dalam keadaan darurat pemberian cairan intravena dengan cairan infus apa saja yang tersedia.


2.      Pengaruh lambat
Beberapa jam setelah pendarahan, terjdi pergeseran cairan eksmavaskular ke intravaskuler yaitu agar isi Intravaskular dan tekanan osmotili dapat dipertahankan, tetapi akibatnya terjadi hemodilusi.
Gejala  :  Leokositosis (15.000-20.000/mm3), nilai hemoglobin, eretrasit dan hemodlobin eritrosit dan hematohoit rendah akibat hemodilusi. Untuk mempertahankan metabolisme, sebagai kompensasi sistem eritropoetik menjadi hiperaksif. Kadang-kadang terlihat gejala gagal jantung. Pada orang dewasa keadaan hemodilusi dapat menimbulkan kelainan serebral dan infarte miohard karena hipoksemia. Sebelum fungsi ginjal normal kembali akan ditemukan oliguria atau anuria sebagai akibat berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini akan menimbulkan peningkatan kadar nitrogen non protein, pengobatan yang terbaik adalah dengan memberikan tranfusi packed red cells karena isi darah sudah dapat dipertahankan tanpa tranfusi komponen darah tersebut, penyembuhan akan terlihat dalam beberapa minggu atau setelah 3-4 bulan.
Kehilangan darah menahun
Pengaruhnya terlihat sebagai gejala akibat defisiensi besi bila tidak dilubangi dengan masukan besi yang cukup.

Anemia Defisiensi

Anemia Defisiensi yang paling sering adalah defisiensi besi dan asam folat. Anemia defisiensi adalah anemia yang disebabkan oleh kekurangan suatu atau beberapa bahan yang diperlukan untuk pematangan eritrasit.

Klarifikasi
Secara morfologri dan etrologis dapat dibedakan 2 bentuk  :
  1. Mikrositik hipokromhi
Terjadi akibat kekurangan besi, piridoksin atau tembaga.
  1. Makro sitik normokromik (megalobeastik)
Terjadi akibat kekurangan asam folat dan Vitamin B 12
Disamping kedua bentuk tersebut diatas, sering pula didapatkan bentuk campuran yang disebabkan anemia dimorfik.

  • Anemia Defisiensi Besi  :
o   Batasan  :  anemia yang disebabkan oleh kekurangan zazt besi untuk pembuatan hemoglobin.
o   Parofisiologi/etaogi  : 
Fe diperlukan untuk pembuatan hem dan hemoglobin.
Fe sedikit maka Hb menurun, walau pembuatan eritrosit menurun, tiap eritrosit mengandung Hb lebih sedikit dari pada biasa sehingga timbul anemia hipakronik mikro sitili.

Kekurangan Fe dapat terjadi bila  :
Ø  Makanan tidak cukup mengandung Fe
Ø  Komposisi makan tidak baik untuk penyerapan Fe (banyak sayur kuran daging)
Ø  Gangguan penyerapan Fe (penyerapan usus, reseksi usus)
Ø  Kebutuhan Fe meningkat (pertumbuhan cepat pada bayi dan adolesensi, kehamilan)
Ø  Perdarahan kronik atau berulang (epistaksis, hematemesis, anhylogtomiasis).




Gejala klinis :
Seperti gejala anemia pada umumnya : pucat, lemah, tacikordia, bising sistolik disemua ostic dengan / tanpa pembesaran jantung.

Penyakit  :
Bila Hb sangat rendah dan keadaan ini berlangsung lama dapat terjadi payah jantung

Diagnosis Banding  :
Ø  Talasema (khususnya talasema minor)
·         Hb A2 meningkat
·         Ferrifin servin dan timbunan Fe tidak turun.
Ø  Anemia karena infeksi kronis
·         Biasanya anemia normokronik normositik
·         Kadang-kadang anemia hipokranik mikrositik.
Ø  Keracunan timah hezin (Pb)
Ø  Anemia sideroblastik

Pemeriksaan dan diagnosis  :
  • Hb dan jumlah eritrosit ¯
  • MCV, MCH dan MC HC ¯
  • Anemia hipokrimik mikrositik
  • Kadar besi serum (SI) ¯, kapasitas mengikat besi total (TIBC) ­, saturasi ¯.
  • Free eritrocyte porphyrin ­
  • Sumsum tulang  :  aktivitas eritropoltik ­ dan timbunan Fe ¯ atau negatif.
  • Feritin serum rendah (< 10-20 mg/l)

Penatalaksanaan
Ø  Kausal  :  memperbaiki diet, obat cacing dll.
Ø  Memperbaiki anemia
o   Pemberian Fe  : perwal atau parenteral
o   Dosis  :  5 mg elemen Fe/kg BB/hari hingga + 2 bulan setelah Hb normal tercapai.

Peroral  :
Ferro sulfat 20 % elemen Fe
Ferro Fumarat 33 % elemen Fe
Ferro Slukomat 12 % elemen Fe

Parenteral  :  bila perwal tidak mungkin
Dosis  :  BB (kg) x (Hb normal – Hb pdrt) x 25 + 10 mg/kg elemen Fe

Preparat biasanya 50 mg Fe/cc, diberikan 50 mg (= 1 cc) i.m 2 kali seminggu hingga dosis tercapai.

Tranfusi  :
Diberikan bila Hb < 39/dl atau bila perlu operasi dipakai PRC 6-10 ml/kg BB/kali pre tranfusi.

Ø  ANEMIA DEFISIENSI ASAM FOLAT
Kekurangan asam folat akan mengakibatkan anemia megaloblastik. Asam folat merupakan bahan esensial untuk sintesis DNA dan RNA, yang penting sekali untuk metabolisme inti sel dan pematangan sel. Bila terjadi defisiensi asam folat, pematangan sel terganggu. Pada pemeriksaan terdapat peningkatan eritropalsis 3 x normal. Bahan mkanan yang mengandung asam polat ialah hati, ginjal, sayur mayur yang hijau dan ragi.
            Gejala anak yang menderita defisiensi asam folat, pucat, lekas letih, berdebar-debar, lemah, pusing, sukar tidur, hepar dan limpa tidak membesar, pada jantung dapat ditemukan bising sistolik.

Penatalaksanaan
Medik  :  pemberian makanan yang adekurat, dan pemberian asam folat 3x5 mg/hari, serta pada bayi 3x2,5 mg/hari.

Ø  ANEMIA HEMOLITIK
Ialah anemia yang disebabkan karena terjadinya penghncuran sel darah merah dalam pembuluh darah sehingga umur eritrosit pendek. Umur eritrosit ialah 100-20 hari.
Penyebab hemolise dapat karena  :
  1. Kongenital
1.      Pahsor eritrosit sendiri
2.      Gangguan entim
3.      hemaglobinopatia
  1. Didapat

Ø  Faktor Eritrosit
a.       Kelainan pada eritrosit, bentuknya kecil, bundar dan resistensinya terhadap Nael hipotonis menjadi rendah.
b.      Bentuk eritrosit lonjong
c.       Kelainan bentuk eritrosit yang disebabkan kelainan komposisi lemak pada dinding sel  :  disebabkan karena kelainan A-beca lipo protenimea
d.      Penyebab kelainan karena terdapat gangguan pembentukan nukltida sehingga eritrosit mudah pecah.

Ø  Anemia Hemolitik karena gangguan enzim kelainan yang sering ditemukan pada bayi baru lahir yang ikteris ialah defisiensi g-6-PD (Glukose-6-phosphate-Dehydrogenase). Akibat kekurangan enzim ini eritrosit mudah pecah.

Ø  Hemoglobinopatia
Hemoglobin orang dewasa normal terdiri dari HbA yang merupakan 98 % dari seluruh hemoglobin. HbA 2 tidak lebih dari 2 % dan HbF tidak lebih dari 3 %. Pada bayi baru lahir HbF merupakan bagian terbesar dari hemoglobin, yaitu 95 % kemudian pada perkembangan selanjutnya konsentrasi HbF akan menurun sehingga pada umur 1 tahun telah mencapai keadaan normal.
Tedapat 2 jenis kelainan hemoglobin  :
1.        Gangguan struktural pembentukan hemoglobin (hemoglobin yang abnormal) seperti pada HbS, HbF dll.
2.        Gangguan jumlah rantai hemoglobin seperti pada thalasemia.

Ø  Anemia Aplastik
Anemia Aplastik diakibatkan oleh karena rusaknya sumsum tulang. Gangguan berupa berkurangnya sel darah dalam darah tepi sebagai akibat terhentinya pembentukan sel hemopoetik dalam sumsum tulang.
Anemia aplasma disebabkan oleh  :
a.       Faktor Kongental
Sidrom Fanconi yang biasanya disertai kelainan bawaan lain seperti mikro sefali, strabisinus, anomali jari, kelainan ginjal dsb.

b.      Faktor didapat
·         Bahan kimia, bentene, insektision, senyawa As, Au, Pb.
·         Obat  :  hewan Femkal, mesantolin (anti konfulsan) peri hentamin (mihistamin), santonin psanomel, obat sitostasilia (myliran, methrotrexatc, TEM, vincristine, rubidomycine, dsb).
·         Radiasi  :  sinar rantogen, radioaktif.
·         Faktor individu  :  alergi terhadap obat, bahan kimia dsb.
·         Infeksi, keganasan, gangguan endholin dsb, iviopatik, sering ditemukan.

Pragnosis  :
  1. Sesuai dengan gambaran sumsum tulang
  2. Jika kadar HbF > 200 mg/dl, dan jumlah granulasit > 2000/mm3 menunjukkan pragnosis yang lebih baik.
  3. pencegahan infeksi sekunder. Di Indonesia kejadianinfeksi masih tinggi.

Gambaran Klinik  :
Ø  Panas, pucat, pendarahan tanpa organomegali (hepato-splenomegali). Pada pemeriksaan darah tepi menunjukkan pansitopenia dan luifositosis relatif. Pada aspirasi sumsum tulang terdapat gambaran sel sangat kurang, banyak jaringan penyokong dan jaringan lemak, Aplikasi sistem eritropoetik, granulopoetik, trombopoetik.

Pengobatan  :
  1. Predunison dan tesfoteron.
Preduson dosis 2-5 mg/kg BB/hari per oral.
Testoteron dengan dosis 1-2 mg/kg BB/hari secara parenteral.
  1. Tranfusi darah
  2. Pengobatan terhadap infeksi sekunder
  3. makanan
  4. istirahat.

Ø  Anemia Hipoplastik (Eritroteastoma)
Ialah anemia yang terutama isebabkan oleh apersia sistem eritropoetik, sedangkan sistem granulopoetik dan trmbopoetik tidak atau hanya sedikit terganggu.
Klasifikasi  :
1.      Idiopoetik  :  biasanya kongental
2.      Didapat  : akut, sub akut dan menahun

Gambaran kemih  :
·         Kongental  :  timbul pada masa bayi, umur 1 bulan sampai 1 tahun, kelainan seperti ginjal polikistik. Pada pemeriksaan darah tepi hanya terdapat anemia dan retihulositopenki, pada sumsum tulang terdapat aplasi sistem eritropoetik dan hanya ditemukan beberapa proeritroblas dan kelainan kromosom.

·         Didapat  :  pucat mendadak, terutama pada eritroblastopenia akut, kepar, limpa serta kelenjar getah bening tidak membesar, pada darah tepi didapat netihulositopenia.




Penatalaksanaan  :
Ø  Kongenital  :  tranfusi darah dan kortikosteroid.
Ø  Didapat  :  pengobatan ditujukan pada penyakit primernya. Bila perlu tranfusi darah. Korsiko steroid diberikan pada eritro lastopenia sub akut dan menahun.

ASUHAN KEPERAWATAN

1.      Pengkajian
  1. Aktivitas  :  kaji tanda-tanda keletihan, kelemahan, malaise umumm, kehilangan produktivitas.
  2. Sirkualasi  :  kaji riwayat kehilangan darah kronis, riwayat endokarditis infektif kronis, palpitasi (tahikardia kompensasi).
  3. Eleminasi  :  kaji riwayat pielonefritis, gagal ginjal, flatulen, sindrom malabsorbsi, hematenisis, feses dengan darah segar, melena, diare atau konstipasi, penurunan kelahiran urine.
  4. Makanan/cairan  :  kaji penurunan masukan diet, masukan produk sereal tinggi, nyeri mulut atau lidah, kesulitan menahan, mual, muntah, dispepsi, anoreksia, penurunan BB.
  5. Neuro sensor  :  kaji adanya sakit kepala, berdenyut, pusing, vertigo, tiitus, ketidakmampuan berkonsentrasi, isomnia, penurunan penglihatan dan bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk, parestisia tangan/kali, klasifikasi sensasi menjadi dingin.
  6. Pernafasan  :  kaji riwayat TB, abses paru, nafas pendek pada istirahat dan aktivitas.
  7. Kaji riwayat pekerjaan terpajam terhadap bahan kimia, radiasi, riwayat kanker/terapi kanker.

2.      Diagnosa Keperawatan
1.      Perubahan perfusi jaringan b/d. penurunan komponen sekuler yang diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrien kesel.
Tujuan  :  perfusi jaringan adekurat
Kriteria hasil  :
·         Tanda-tanda vital stabil, membran nukosa warna merah muda, penyisian kapilea baik, keluaran urine adekurat.

Intervensi  :
1.      Kaji respon verbal pasien
R/ dapat mengindikasikan gangguan fungsi serebral karena hipoksi a/ defisiensi vit B 12
2.      Monitor tanda-tanda vital, penyisian kapiler, warna kulit/membran mukosa, dasar kuku R/ memberikan informasi tentang derajat/keadejuratan perfusi jaringan dan memantu menentukan kebutuhan intervensi.
3.      Ciptakan lingkungan yang tenang dan nyaman dengan pasien.
R/ memberikan ketenangan bagi apsien membantu memperbaiki proses pikir.
4.      Catat keluhan rasa dingin, pertahankan suhu lingkungan dan tubuh hangat sesuai indikasi.
R/ vasohonstruksi (ke organ vital) menurunkan sirkulasi perifer.
5.      Awasi pemeriksaan laboratorium, mis  : Hb/Ht dan jumlah SDM, GDA.
R/ mengidentifikasi defisiensi dan kebutuhan pengobatan/respon terhadap terapi.
6.      Berikan SDM darah sesuai indikasi
R/ meningkatkan jumlah sel pembawa oksigen.
7.      Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi
R/ memaksimalkan transpor oksigen ke jantung.

2.      Perubahan nutrisi (kurang dari kebutuhan tubuh) b/d
Ketidakmampuan mencerna makanan  :
Tujuan  :  kebutuhan nutrisi dapat terpenuhi
Kriteria hasil  : 
·         Menunjukkan peningkatan BB a/ BB stabil
·         Tidak mengalami tanda-tanda malnutrisi
·         Menunjukkan prilaku, perubahan pola hiup untuk meningkatkan dan atau mempertahankan BB yang sesuai.
Intervensi  :
1.      Kaji riwayat nutrisi
R/ mengidentifikasi defisiensi, menduga kemungkinan intervensi
2.      Observasi dan catat msukan makanan pasien
R/ mengawasi masukan kalori atau kualitas kekurangan konsumsi makanan.
3.      Timbang BB setiap hari
R/ mengawasi penurunan BB a/ efektivitas intervensi nutrisi
4.      Berikan makanan dengan porsi kecil tapi sering
R/ dapat menurunkan kelemahan dan meningkatkan pemasukan juga mencegah distensi gaster.
5.      Observasi kejadian vital/muntah, flatus dan gejala lain yang berhubungan.
R/ gejala GI dapat menunjukkan efek anemia (hipoksia) pada organ.
6.      Lakukan oral higuine sebelum dan sesudah makan.
R/ meningkatkan nafsu makan dan pemasukan oral.
7.      Kolaborasi dengan ahli gizi
R/ membantu dalam membuat rencana diet.

3.      Resti infeksi b/d pertahanan sekundeer tidak adekurat
Tujuan  :  tidak terjadi infeksi

KH  : Prilaku untuk mencegah/menurunkan resiko infeksi, meningkatkan penyembuhan luka, bebas drainase purulen atau eritema, dan demam.

Intervensi  : 
  1. Tingkatkan cuci tangan yang baik sebelum dan sesudah perawatan.
R/ mencecgah kontaminasi silang/holonisasi bakterial.
  1. Pertahankan teknik aseptik ketat pada procedure/perawatan luka.
R/ menurunkan resiko konolisasi/infeksi bakteri.
  1. Batasi pengunjung, berikan isolasi bila memungkinkan
R/ membatasi pemajaman pada bakteri/infeksi
  1. Pantau suhu, catat adanya menggigil dan takikordia dengan atau tanpa demam.
R/ adanya proses inflamasi/infeksi membutuhkan evaluasi
  1. Kolaborasi pembersih anti septik dan anti biotik.
R/ untuk menurunkan holosasi a/ untuk pengobatan proses infeksi lokal.

4.      Intoleransi Aktualitas b/d ketidak seimbangan antara suplai oksigen dan kebutuhan
Tujuan  :  terjadi peningkatan toleransi aktivitas
KH  :  menunjukkan tanda fisiologis intoleransi, mis  :  nadi, pernafasan, dan TD masih dalam rentang normal.
Intervensi  : 
  1. Kaji kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas sehari-hari.
R/ memperngaruhi pulihan intervens
  1. Kaji adanya kelemahan otot
R/ menunjukkan perubahan neurologi
  1. Monitor tanda-tanda ultal (TD, nadi, pernafasan) selama dan sesudah aktivitas.
R/ manivestasi kardiopulmunal dari upaya jantung dan paru untuk membwa jumlah aksigen adekurat ke jaringan
  1. Berikan lingkungan yang tenang
R/ meningkatkan istirahat u/ menurunkan kebutuhan oksigen tubuh
  1. Anjurkan pasien u/ beraktifitas secara bertahap
R/ meningkatkan secara bertahap tingkat aktivitas sampai normal dan memperbaiki fokus otot
  1. Berikan bantuan dalam aktivitas/ambulasi bila perlu
R/ membantu bila perlu, harga diri ditingkatkan bila pasien melakukan sesuatu sendiri.
5.      Karang pengetahuuan tentang proses penyakitnya b/d kurang terpaparnya informasi
Tujuan  :  pengetahuan dan pemahaman pasien tentang proses penyakit bertambah
KH  :  pasien mengetahuui faktor penyebab dan mampu melakukan tindakan yang perlu/perubahan pola hidup.
Intervensi  : 
  1. Berikan informasi tentang anemia spesifik
R/ memberikan dasar pengetahuan sehingga pasien dapat membuat pilihan yang tepat
  1. Jelaskan tentang tindakan a/ prosedur yang dilakukan
R/ cemas tenang ketidaktahuan mengkatkan stress.
  1. Diskusikan peningkatan kerentanan terhadap infeksi.
R/ mencegah resiko terjadinya infeksi yang lebih parah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar