Minggu, 08 Januari 2012

Askep Appendiks


BAB  I
PENDAHULUAN

1.1.    Latar Belakang
Appendiks (Umbai cacing) mulai dari caecum (Usus Buntu) dan lumen appendiks ini bermuara ke dalam caecum dinding appendiks mengandung banyak folikel getah bening biasanya appendiks terletak pada iliaca kanan di belakang caecum ( Henderson ; 1992).
Appendiks dapat mengalami keradangan pembentukan mukokel, tempat parasit, tumor benigna atau maligna dapat mengalami trauma, pembentukan pistula interna atau eksterna, kelainan kongenital korpus ileum dan kelaina yang lain.  Khusus untuk appendiks terdapat cara prevensi yang hanya mengurangi morbilitas dan mortalitas sebelum menjadi perforasi atau gangren  (FKUA ; 1989 )
Tindakan pengobatan terhadap appendiks dapat dilakukan dengan cara operasi (pembedahan ).  Pada operasi appendiks dikeluarkan dengan cara appendiktomy yang merupakan suatu tindakan pembedahan  membuang appendiks ( Puruhito ; 1993).
Adapun permasalahan yang mungkin timbul setelah dilakukan tindakan pembedahan antara lain : nyeri, keterbatasan aktivitas, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, kecemasan potensial terjadinya infeksi (Ingnatavicus; 1991).
Dengan demikian peranan perawat dalam mengatasi dan menanggulangi hal tersebut sangatlah penting dan dibutuhkan terutama perawatan yang mencakup empat aspek diantaranya : promotif yaitu memberikan penyuluhan tentang menjaga kesehatan dirinya dan menjaga kebersihan diri serta lingkungannya.
Upaya kuratif yaitu memberikan perawatan luka operasi secara aseptik untuk mencegah terjadinya infeksi dan mengadakan kaloborasi dengan profesi lain secara mandiri.  Upaya rehabilitatif yaitu memberikan pengetahuan atau penyuluhan kepada penderita dan keluarganya mengenai pentingnya mengkonsumsi makanan yang bernilai gizi tinggi kalori dan tinggi protein guna mempercepat proses penyembuhan penyakitnya serta perawatan dirumah setelah penderita pulang.

1.2  Batasan dan Perumusan Masalah
Pada penyusunan karya tulis ini penulis hanya melakukan asuhan keperawatan pada suatu klien dengan kasus apendiks akut khususnya post operasi appendiktomy di ruang bedah G RSUD Dr. Soetomo Surabaya.
Dari permasalahan yang ada penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
Bagaimana gambaran asuhan keperawatan pada klien appendiks akut khususnya post operasi appendiktomy.

1.3  Tujuan
1.3.1.       Tujuan Umum
Diperoleh pengalaman nyata dalam menerapkan Asuhan keperawatan klien post appendiktomy secara komprehensif melalui pendekatan proses keperawatan.

1.3.2.       Tujuan Khusus
a.      Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien post appendiktomy.
b.      Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien post appendiktomy.
c.      Dapat membuat perencanaan pada klien post appendiktomy.
d.     Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada klien post appendiktomy.
e.      Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien post appendiktomy.

1.4  Manfaat
1.      Asuhan keperawatan akan memberikan wawasan yang luas mengenai masalah keperawatan pada klien post appendiktomy.
2.      Asuhan keperawatan akan memberi wawasan kepada perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar tentang masalah klien post appendiktomy


1.5  Sistematika
       Untuk memberi gambaran pada pembaca mengenai keseluruhan isi maka penulis menyusun proposal ini dengan sistematika penulisan sebagai berikut yaitu :
Bab I             : Pendahuluan, terdiri dari latar belakang, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan, dan sistematika penulisan.
Bab II            : Tinjauan pustaka, terdiri dari definisi, anatomi, patofisiologi, dampak masalah dan asuhan keperawatan.
Bab III          : Tinjauan kasus merupakan uraian yang menampilkan asuhan keperawatan terhadap penderita secara nyata yang sistematikanya disusun sesuai bab II
Bab IV          : Mengupas kesenjangan antara teori dan fakta yang ada untuk mencari jawaban atas tujuan penulisan
Bab V            : Penutup mengutarakan kesimpulan dari uraian, pembahasan, jawaban terhadap tujuan penulisan dan beberapa penyampaian saran, ada dua sub bab kesimpulan dan saran yaitu kesimpulan dan saran dari bagian akhir penulisan ini dicantumkan daftar pustaka

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.    Definisi
      Dalam pengertian ini ada beberapa pendapat anara lain :
Appendiks akut adalah peradangan dari appendiks vermiformis yang merupakan penyebab umum dari akut abdomen (Junaidi, dkk, 1982). Appendisitis adalah peradangan dari suatu appendiks.
Appendisitis akut adalah keadaan yang disebabkan oleh peradangan yang mendadak pada suatu appendiks ( Baratajaya, 1990).

2.2.    Anatomi  Fisiologi
      Embriologi appendiks berhubungan dengan caecum, tumbuh dari ujung inferiornya.  Tonjolan appendiks pada neonatus berbentuk kerucut yang menonjol pada  apek caecum sepanjang 4,5 cm.  Pada orang dewasa panjang appendiks rata-rata 9 – 10 cm, terletak posteromedial caecum kira-kira 3 cm inferior valvula ileosekalis.  Posisi appendiks bisa retrosekal, retroileal,subileal atau dipelvis, memberikan gambaran klinis yang tidak sama.  Persarafan para simpatis berasal dari cabang nervus vagus yang mengikuti arteri mesenterika superior dari arteri appendikkularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari nervus torakalis x, karena itu nyeri viseral pada appendiks bermula sekitar umbilikus.  Perdarahan pada appendiks berasal dari arteri appendikularis yang merupakan artei tanpa kolateral.  Jika arteri ini tersumbat, misalnya trombosis pada infeksi maka appendiks akan mengalami gangren.








Gambar 1. Anatomi Appendiks
                 Sumber : R. Samsu, 1997

     Appendiks menghasilkan lendir 1 – 2 ml perhari yang bersifat basa mengandung amilase, erepsin dan musin.  Lendir itu secara normal dicurahkan ke dalam bumen dan selanjutnya mengalir ke caecum.  Hambatan aliran lendir di muara appendiks berperan pada patofisiologi appendiks.
     Imunoglobulin sekretor yang dihasilkan oleh GALT (Gut Associated Lymphoid Tissue) yang terdapat disepanjang saluran cerna termasuk appendiks, ialah Ig A. Imunglobulin itu sangat efektif sebagai perlindungan terhadap infeksi tapi pengangkatan appendiks tidak mempengaruhi sistem Imunoglobulin tubuh sebab jaringan limfe kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlah disaluran cerna dan seluruh tubuh.
( R.Syamsu ; 1997)

2.3.    Patofisiologi
Penyebab utama appendisitis adalah obstruksi  penyumbatan yang dapat disebabkan oleh hiperplasia dari folikel limfoid merupakan penyebab terbanyak,adanya fekalit dalam lumen appendiks.  Adanya benda asing seperti cacing, stiktura karena fibrosis akibat peradangan sebelumnya, sebab lain misalnya keganasan (karsinoma karsinoid).
Obsrtuksi apendiks itu menyebabkan mukus yang diproduksi mukosa terbendung, makin lama mukus yang terbendung makin banyak dan menekan dinding appendiks oedem serta merangsang tunika serosa dan peritonium viseral.  Oleh karena itu persarafan appendiks sama dengan usus yaitu torakal X maka rangsangan itu dirasakan sebagai rasa sakit disekitar umblikus.
Mukus yang terkumpul itu lalu terinfeksi oleh bakteri menjadi nanah, kemudian timbul gangguan aliran vena, sedangkan arteri belum terganggu, peradangan yang timbul meluas dan mengenai peritomium parietal setempat, sehingga menimbulkan rasa sakit dikanan bawah, keadaan ini disebut dengan appendisitis supuratif akut.
Bila kemudian aliran arteri terganggu maka timbul alergen dan ini disebut dengan appendisitis gangrenosa.  Bila dinding apendiks yang telah akut itu pecah, dinamakan appendisitis perforasi.  Bila omentum usus yang berdekatan dapat mengelilingi apendiks yang meradang atau perforasi akan timbul suatu masa lokal, keadaan ini disebut sebagai appendisitis abses.  Pada anak – anak karena omentum masih pendek dan tipis, apendiks yang relatif lebih panjang , dinding apendiks yang lebih tipis dan daya tahan tubuh yang masih kurang, demikian juga pada orang tua karena telah ada gangguan pembuluh darah, maka perforasi terjadi lebih cepat.  Bila appendisitis infiltrat ini menyembuh dan kemudian gejalanya hilang timbul dikemudian hari maka terjadi appendisitis kronis (Junaidi ; 1982). 

2.4.    Dampak Masalah
2.4.1.      Individu dalam hal ini terjadi gangguan dari berbagai pola fungsi kesehatan antara lain
a.       Pola nutrisi dan metabolisme
Klien biasanya akan mengalami gangguan pemenuhan nutrisi akibat         pembatasan pemasukan makanan atau minuman sampai peristaltik usus kembali normal.

b.      Pola aktifitas dan latihan
Aktifitas klien biasanya terjadi pembatasan aktifitas akibat rasa nyeri pada luka operasi sehinnga keperluan klien harus dibantu.
c.       Pola tidur dan istirahat.
     Klien akan mengalami gangguan kenyamanan dan pola tidur karena rasa    sakit (nyeri) akibat tindakan pembedahan.
d.      Pola Eliminasi
Pada pola eliminasi urine akibat penurunan daya konstraksi kandung kemih, rasa nyeri atau karena tidak biasa BAK ditempat tidur  akan mempengaruhi pola eliminasi urine .  Pola eliminasi alvi akan mengalami gangguan yang sifatnya sementara karena pengaruh anastesi sehingga terjadi penurunan fungsi.
e.       Pola Persepsi dan konsep diri
Penderita menjadi ketergantungan dengan adanya kebiasaan gerak segala kebutuhan harus dibantu.  Klien mengalami kecemasan tentang keadaan dirinya sehingga penderita mengalami emosi yang tidak stabil.
f.       Pola Reproduksi seksual

Tidak ada komentar:

Posting Komentar