ASUHAN
KEPERAWATAN ANAK DENGAN MENINGITIS
DI
RUANG ANAK RSUD DR. SUTOMO SURABAYA
14
– 25 APRIL 2003
OLEH :
ARIF MUTTAQIN
NIM : 010130353 B
PROGRAM STUDI
ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS
KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2003
ASUHAN
KEPERAWATAN MENINGITIS
Defenisi
Meningitis adalah radang dari
selaput otak (arachnoid dan piamater). Bakteri dan virus merupakan penyebab
utama dari meningitis.
Etiologi
Meningitis disebabkan oleh berbagai
macam organisme, tetapi kebanyakan pasien dengan meningitis mempunyai faktor
predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi, operasi otak atau
sum-sum tulang belakang. Seperti disebutkan diatas bahwa meningitis itu
disebabkan oleh virus dan bakteri, maka meningitis dibagi menjadi dua bagian besar
yaitu : meningitis purulenta dan meningitis serosa.
Meningitis Bakteri
Bakteri yang paling sering
menyebabkan meningitis adalah haemofilus influenza, Nersseria,Diplokokus
pnemonia, Sterptokokus group A, Stapilokokus Aurens, Eschericia colli, Klebsiela
dan Pseudomonas. Tubuh akan berespon terhadap bakteri sebagai benda asing dan
berespon dengan terjadinya peradangan dengan adanya neutrofil, monosit dan
limfosit. Cairan eksudat yang terdiri dari bakteri, fibrin dan lekosit
terbentuk di ruangan subarahcnoid ini akan terkumpul di dalam cairan otak
sehingga dapat menyebabkan lapisan yang tadinya tipis menjadi tebal. Dan
pengumpulan cairan ini akan menyebabkan peningkatan intrakranial. Hal ini akan
menyebabkan jaringan otak akan mengalami infark.
Meningitis Virus
Tipe dari meningitis ini sering
disebut aseptik meningitis. Ini biasanya disebabkan oleh berbagai jenis
penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti; gondok, herpez simplek dan herpez
zoster. Eksudat yang biasanya terjadi pada meningitis bakteri tidak terjadi
pada meningitis virus dan tidak ditemukan organisme pada kultur cairan otak.
Peradangan terjadi pada seluruh koteks cerebri dan lapisan otak. Mekanisme atau
respon dari jaringan otak terhadap virus bervariasi tergantung pada jenis sel
yang terlibat.
Patofisiologi
Otak
dilapisi oleh tiga lapisan, yaitu : duramater, arachnoid, dan piamater. Cairan
otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir melalui
sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang
belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti
jari-jari di dalam lapisan subarachnoid.
Organisme (virus / bakteri) yang
dapat menyebabkan meningitis, memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam
pembuluh darah otak. Cairan hidung (sekret hidung) atau sekret telinga yang
disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat menyebabkan meningitis karena
hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan (dunia luar),
mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan
subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab
peradangan pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel.
Invasi kuman ke selaput otak
Gangguan fungsi sistem
regulasi Peningkatan TIK
↓
Hipertemia
Gangguan persefsi Gangguan
kesadaran
↓
sensori ↓
Gangguan metabolisme otak Gangguan rasa Gangguan
mobilitas
↓ nyaman fisik
Perubahan keseimbangan
dan sel netron
↓
Difusi ion kalium dan natrium Gangguan perfusi
↓ jaringan
Lepas muatan listrik
↓
Kejang
↓
Berkurangnya koordinasi otot
↓
Resiko trauma fisik
Pengkajian Pasien dengan meningitis
Riwayat
penyakit dan pengobatan
Faktor riwayat penyakit sangat
penting diketahui karena untuk mengetahui jenis kuman penyebab. Disini harus
ditanya dengan jelas tentang gejala yang timbul seperti kapan mulai serangan,
sembuh atau bertambah buruk. Setelah itu yang perlu diketahui adalah status
kesehatan masa lalu untuk mengetahui adanya faktor presdiposisi seperti infeksi
saluran napas, atau fraktur tulang tengkorak, dll.
Manifestasi Klinik
· Pada
awal penyakit, kelelahan, perubahan daya mengingat, perubahan tingkah laku.
· Sesuai
dengan cepatnya perjalanan penyakit pasien menjadi stupor.
· Sakit
kepala
· Sakit-sakit
pada otot-otot
· Reaksi
pupil terhadap cahaya. Photofobia apabila cahaya diarahkan pada mata pasien
· Adanya
disfungsi pada saraf III, IV, dan VI
· Pergerakan
motorik pada masa awal penyakit biasanya normal dan pada tahap lanjutan bisa
terjadi hemiparese, hemiplegia, dan penurunan tonus otot.
· Refleks
Brudzinski dan refleks Kernig (+) pada bakterial meningitis dan tidak terdapat
pada virus meningitis.
· Nausea
· Vomiting
· Demam
· Takikardia
· Kejang
yang bisa disebabkan oleh iritasi dari korteks cerebri atau hiponatremia
· Pasien
merasa takut dan cemas.
Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang khas
pada meningitis adalah analisa cairan otak. Lumbal punksi tidak bisa dikerjakan
pada pasien dengan peningkatan tekanan tintra kranial. Analisa cairan otak
diperiksa untuk jumlah sel, protein, dan konsentrasi glukosa.
Pemeriksaan
darah ini terutama jumlah sel darah merah yang biasanya meningkat diatas nilai
normal.
Serum elektrolit dan serum glukosa
dinilai untuk mengidentifikasi adanya ketidakseimbangan elektrolit terutama
hiponatremi.
Kadar
glukosa darah dibandingkan dengan kadar glukosa cairan otak. Normalnya kadar
glukosa cairan otak adalah 2/3 dari nilai serum glukosa dan pada pasien
meningitis kadar glukosa cairan otaknya menurun dari nilai normal.
Pemeriksaan Radiografi
CT-Scan dilakukan untuk menentukan
adanya edema cerebral atau penyakit saraf lainnya. Hasilnya biasanya normal,
kecuali pada penyakit yang sudah sangat parah.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa
keperawatan yang mungkin timbul adalah :
Gangguan
perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
Tujuan
· Pasien
kembali pada,keadaan status neurologis sebelum sakit
· Meningkatnya
kesadaran pasien dan fungsi sensoris
Kriteria
hasil
· Tanda-tanda
vital dalam batas normal
· Rasa
sakit kepala berkurang
· Kesadaran
meningkat
· Adanya
peningkatan kognitif dan tidak ada atau hilangnya tanda-tanda tekanan
intrakranial yang meningkat.
Rencana Tindakan
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Pasien
bed rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
|
Perubahan pada tekanan intakranial
akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya herniasi otak
|
Monitor tanda-tanda status
neurologis dengan GCS.
|
Dapat mengurangi kerusakan otak
lebih lanjt
|
Monitor tanda-tanda vital seperti
TD, Nadi, Suhu, Resoirasi dan hati-hati pada hipertensi sistolik
|
Pada keadaan normal autoregulasi
mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah secara fluktuasi.
Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler cerebral yang dapat
dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti oleh penurunan
tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat menggambarkan perjalanan
infeksi.
|
Monitor intake dan output
|
hipertermi dapat menyebabkan
peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama pada pasien yang
tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
|
Bantu pasien untuk membatasi muntah,
batuk. Anjurkan pasien untuk mengeluarkan napas apabila bergerak atau berbalik
di tempat tidur.
|
Aktifitas ini dapat meningkatkan
tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan napas sewaktu bergerak
atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek valsava
|
Kolaborasi
Berikan cairan perinfus dengan
perhatian ketat.
|
Meminimalkan fluktuasi pada beban
vaskuler dan tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat
menurunkan edema cerebral
|
Monitor AGD bila diperlukan
pemberian oksigen
|
Adanya kemungkinan asidosis disertai
dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat menyebabkan terjadinya
iskhemik serebral
|
Berikan terapi sesuai advis dokter
seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika.
|
Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi
dan kejang.
|
Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan
hipertermi.
Tujuan : Klien tidak mengalami
kejang selama berhubungan dengan hiperthermi
Kriteria hasil :
·
Tidak terjadi serangan kejang
ulang.
·
Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi),
36 – 37,5 º C (anak)
·
Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
100-110 x/menit (anak)
·
Respirasi 30 – 40 x/menit
(bayi)
24 – 28 x/menit (anak)
·
Kesadaran composmentis
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap
keringat
|
proses konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak
menyerap keringat.
|
Berikan kompres dingin
|
perpindahan panas secara konduksi
|
Berikan ekstra cairan (susu,
sari buah, dll)
|
saat demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat
|
Observasi kejang dan tanda vital tiap 4 jam
|
Pemantauan yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
|
Batasi aktivitas selama anak
panas
|
aktivitas dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas
|
Berikan anti piretika dan
pengobatan sesuai advis
|
Menurunkan panas pada pusat hipotalamus dan sebagai
propilaksis
|
Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hiperthermi.
Tujuan : Rasa nyaman terpenuhi
Kriteria hasil :
·
Suhu tubuh 36 – 37,5º C, N ;
100 – 110 x/menit,
·
RR : 24 – 28 x/menit,
Kesadaran composmentis, anak tidak rewel.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kaji faktor – faktor terjadinya hiperthermi
|
mengetahui penyebab terjadinya hiperthermi karena penambahan
pakaian/selimut dapat menghambat penurunan suhu tubuh
|
Observasi tanda – tanda vital tiap 4 jam sekali
|
Pemantauan tanda vital yang teratur dapat menentukan
perkembangan keperawatan yang selanjutnya.
|
Pertahankan suhu tubuh normal
|
suhu tubuh dapat dipengaruhi oleh tingkat aktivitas, suhu
lingkungan, kelembaban tinggiakan mempengaruhi panas atau dinginnya tubuh
|
Ajarkan pada keluarga memberikan kompres dingin pada
kepala / ketiak
|
proses konduksi/perpindahan panas dengan suatu bahan perantara
|
Anjurkan untuk menggunakan baju tipis dan terbuat
dari kain katun
|
proses hilangnya panas akan terhalangi oleh pakaian tebal dan
tidak dapat menyerap keringat
|
Atur sirkulasi udara ruangan
|
Penyediaan udara bersih
|
Beri ekstra cairan dengan menganjurkan pasien banyak
minum
|
Kebutuhan cairan meningkat karena penguapan tubuh meningkat
|
Batasi aktivitas fisik
|
aktivitas meningkatkan metabolismedan meningkatkan panas
|
Resiko
terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental dan
penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
Pasien bebas
dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
Rencana
Tindakan
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Independent
monitor kejang pada tangan, kaki,
mulut dan otot-otot muka lainnya
|
Gambaran tribalitas sistem saraf
pusat memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk
mencegah terjadinya komplikasi.
|
Persiapkan lingkungan yang aman
seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat suction selalu berada dekat
pasien.
|
Melindungi pasien bila kejang
terjadi
|
Pertahankan bedrest total selama fae
akut
|
Mengurangi resiko jatuh / terluka
jika vertigo, sincope, dan ataksia terjadi
|
Kolaborasi
Berikan terapi sesuai advis dokter
seperti; diazepam, phenobarbital, dll.
|
Untuk mencegah atau mengurangi
kejang.
Catatan : Phenobarbital dapat
menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi.
|
Kurangnya pengetahuan keluarga sehubungan keterbataaan
informasi.
Tujuan : Pengetahuan keluarga
bertambah tentang penyakit anaknya.
Kriteria hasil:
·
Keluarga tidak sering bertanya
tentang penyakit anaknya.
·
Keluarga mampu diikutsertakan
dalam proses keperawatan.
·
keluarga mentaati setiap
proses keperawatan.
Rencana Tindakan :
INTERVENSI
|
RASIONALISASI
|
Kaji tingkat pengetahuan keluarga
|
Mengetahui sejauh mana pengetahuan yang dimiliki keluarga dan
kebenaran informasi yang didapat
|
Beri penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang
|
penjelasan tentang kondisi yang dialami dapat membantu menambah
wawasan keluarga
|
Jelaskan setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan
|
agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan perawatan
|
Berikan Health Education tentang cara menolong anak
kejang dan mencegah kejang, antara lain :
1.
Jangan
panik saat kejang
2.
Baringkan
anak ditempat rata dan lembut.
3.
Kepala
dimiringkan.
4.
Pasang
gagang sendok yang telah dibungkus kain yang basah, lalu dimasukkan ke mulut.
5.
Setelah
kejang berhenti dan pasien sadar segera minumkan obat tunggu sampai keadaan
tenang.
6.
Jika
suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin dan beri banyak minum
|
sebagai upaya alih informasi
dan mendidik keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan
|
Berikan Health Education agar selalu sedia obat penurun panas,
bila anak panas
|
mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan serangan kejang ulang
|
Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena penyakit infeksi
dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit menular sehingga
tidak mencetuskan kenaikan suhu
|
sebagai upaya preventif serangan ulang
|
Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan imunisasi agar
memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah menderita kejang
demam
|
imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang dapat
menyebabkan kejang demam
|
TINJAUAN
KASUS
1.
Pengkajian
Pengkajian
dilakukan pada tanggal 14 April 2003 pukul 10.00 WIB di Ruang anak (Ruang
neurologi/ B II) RSUD Dr. Soetomo surabaya
a. Biodata
Nama : By. L
Tempat tanggal lahir :
Jombang, 17 Desember 2002
Usia :
5 bulan/ anak ke-5
Jenis kelamin : Perempuan.
Nama ayah/ ibu : Tn. S/ Ny. S
Pendidikan ayah/ ibu :
SMA/ SMP
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Mojowarno/ Jombang
No. DMK : 10-392-85
Tgl MRS : 13 April 2003
Sumber informasi : Ibu
Diagnosa medis : S. Meningitis
b. Keluhan utama
Kejang.
c. Riwayat
penyakit sekarang
Sebelumnya di
rumah klien sudah seminggu menderita demam, flu dan batuk. klien mulai kejang pada
tanggal 13 April 2003
jam 23.00 (pada saat kejang mata melirik ke atas, kejang pada seluruh badan,
setelah kejang klien sadar dan menangis pada saat kejang keluar buih lewat
mulut) dan langsung dibawa ke IRD RSUD Dr. Soetomo Surabaya dan MRS di Ruang anak
B2 Neorologi.
d. Riwayat
penyakit dahulu
Sebelumnya
klien pernah MRS dengan diare pada saat berumur 1 bulan.
e. Riwayat
penyakit keluarga
Ibu
mengungkapkan bahwa saat klien menderita panas dan kejang didalam keluarga
tidak ada yang menderita sakit flu/ batuk.
f. Riwayat
kehamilan dan persalinan
Ibu
mengungkapkan bahwa selama hamil ia rajin kontrol ke bidan didekat rumahnya, ia
mengatakan bahwa ia juga mengkonsumsi jamu selama hamil yaitu jamu. Menurut
ibu, klien lahir kembar di rumah sakit Mojowarno Jombang dengan berat badan
lahir 1200 gram, tidak langsung menangis, menurut ibu air ketubannya berwarna
kehitaman dan kental.
g. Status
imunisasi
Menurut ibu
anaknya telah mendapatkan imunisasi BCG, polio I, DPT I dan hepatitis
h. Status nutrisi
Ibu
mengungkapkan An.L diberikan ASI mulai lahir sampai berumur 1 bulan, setelah
dirawat di ruang anak ibu tidak menenteki dan diganti dengan PASI Lactogen.
Pada saat pengkajian BB 3700 gram, panjang badan 56 cm, lingkar lengan atas 7 cm. Ibu
mengungkapkan anak tidak mual dan tidak pernah muntah.
i. Riwayat
perkembangan
Pada saat ini
anak memasuki masa basic trust Vs Mistrust (dimana rasa percaya anak kepada
lingkungan terbentuk karena perlakuan yang ia rasakan). Ia juga berada pada
fase oral dimana kepuasan berasal pada mulut.
j. Data
Psikososial
Ibu
mengungkapkan bahwa ia menerima keadaan anaknya, dan berharap agar anaknya bisa
cepat sembuh dan pulang berkumpul bersama dengan keluarga serta kakak klien.
Ibu dan nenek klien selalu menunggui klien dan hanya pada hari minggu ayah dan
kakak klien datang mengunjungi klien, karean harus bekerja dan sekolah.
k. Pemeriksaan
fisik
1) Keadaan umum
Anak tampak
tidur dengan menggunakan IV Cath pada tangan kanan, kesadaran compomentis, nadi
140 x/mnt, suhu 385 OC, pernafasan
40 x/mnt teratur.
2) Kepala dan
leher
Kepala
berbentuk simetris, rambut bersih, hitam dan penyebarannya merata, ubun-ubun
besar masih belum menutup, teraba lunak dan cembung, tidak tegang. Lingkar
kepala 36 cm.
Reaksi cahaya +/+,
mata nampak anemi, ikterus tidak ada, tidak terdapat sub kunjungtival bleeding.
Telinga tidak
ada serumen.
Hidung tidak
terdapat pernafasan cuping hidung.
Mulut bersih,
tidak terdapat moniliasis.
Leher tidak
terdapat pembesaran kelenjar, tidak ada kaku kuduk.
3) Dada dan
thoraks
Pergerakan
dada simetris, Wheezing -/-, Ronchi -/-,
tidak terdapat retraksi otot bantu pernafasan. Pemeriksaan jantung, ictus
cordis terletak di midclavicula sinistra ICS 4-5, S1S2
tunggal tidak ada bising/ murmur.
4) Abdomen
Bentuk
supel, hasil perkusi tympani, tidak
terdapat meteorismus, bising usus+ normal 5 x/ mnt, hepar dan limpa tidak
teraba. Kandung kemih teraba kosong.
5) Ekstrimitas
Tidak terdapat
spina bifida pada ruas tulang belakang, tidak ada kelainan dalam segi bentuk,
uji kekuatan otot tidak dilakukan. Klien mampu menggerakkan ekstrimitas sesuai
dengan arah gerak sendi. Ekstrimitas kanan sering terjadi spastik setiap 10
menit selama 1 menit.
6) Refleks
Pada saat
dikaji refleks menghisap klien +, refleks babinsky +,
Pemeriksaan
penunjang medis
Laboratorium
tanggal 14 april 2003:
Hemoglobine 8,2 gr%
Leucocyt 24.400
Thrombocyt 483x109
GDA 96
mg/dl
Pemeriksaan
penunjang medis
Laboratorium
tanggal 17 april 2003:
Kalium serum
4,0 normal 3,5-5,5 mEq/L
Na Serum 134 normal 135-145 mEq/L
Kalsium serum
5,4 normal 8,0-10 mg/dl
Laboratorium
tanggal 22 april 2003:
Hemoglobine 16,2 gr%
Terafi Medis :
- IVFD D51/4S 400 cc/24 jam
- Injeksi Cefotaxime 3 x 250 mg iv
- Injeksi Dilantin 3 x 8 mg intravena
- Tranfusi WB 37 cc / hari
- K/p Injeksi Diazepam 1 mg kalau
kejang
2.
Rencana
tindakan
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria hasil
|
Rencana
tindakan
|
Rasional
|
||||
1
|
Gangguan
perfusi jaringan sehubungan dengan peningkatan tekanan intrakranial
|
· Pasien
kembali pada, keadaan status neurologis sebelum sakit
· Meningkatnya
kesadaran pasien dan fungsi sensoris
|
-
Tanda-tanda vital dalam batas normal
-
Kesadaran meningkat
-
Adanya peningkatan kognitif dan tidak ada atau
hilangnya tanda-tanda tekanan intrakranial yang meningkat
|
1. Pasien bed
rest total dengan posisi tidur terlentang tanpa bantal
2. Monitor
tanda-tanda status neurologis dengan GCS.
3. Monitor intake
dan output
4. Monitor
tanda-tanda vital seperti TD, Nadi, Suhu, Respirasi dan hati-hati pada
hipertensi sistolik
5. Bantu pasien
untuk membatasi gerak atau berbalik di tempat tidur.
Kolaborasi
6. Berikan
cairan perinfus dengan perhatian ketat.
7. Monitor AGD
bila diperlukan pemberian oksigen
8.
Berikan terapi sesuai advis dokter seperti: Steroid, Aminofel, Antibiotika
|
1. Perubahan
pada tekanan intakranial akan dapat meyebabkan resiko untuk terjadinya
herniasi otak
2. Dapat
mengurangi kerusakan otak lebih lanjt
3. Pada keadaan
normal autoregulasi mempertahankan keadaan tekanan darah sistemik berubah
secara fluktuasi. Kegagalan autoreguler akan menyebabkan kerusakan vaskuler
cerebral yang dapat dimanifestasikan dengan peningkatan sistolik dan diiukuti
oleh penurunan tekanan diastolik. Sedangkan peningkatan suhu dapat
menggambarkan perjalanan infeksi.
4. hipertermi
dapat menyebabkan peningkatan IWL dan meningkatkan resiko dehidrasi terutama
pada pasien yang tidak sadra, nausea yang menurunkan intake per oral
5. Aktifitas
ini dapat meningkatkan tekanan intrakranial dan intraabdomen. Mengeluarkan
napas sewaktu bergerak atau merubah posisi dapat melindungi diri dari efek
valsava
6.
Meminimalkan fluktuasi pada beban vaskuler dan
tekanan intrakranial, vetriksi cairan dan cairan dapat menurunkan edema
cerebral
7. Adanya
kemungkinan asidosis disertai dengan pelepasan oksigen pada tingkat sel dapat
menyebabkan terjadinya iskhemik serebral
8. Terapi yang diberikan dapat
menurunkan permeabilitas kapiler.
Menurunkan edema serebri
Menurunka metabolik sel / konsumsi
dan kejang
|
||||
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
hasil
|
Rencana
tindakan
|
Rasional
|
||||
2
|
Resiko terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi.
|
Klien tidak mengalami kejang
selama berhubungan dengan hiperthermi
|
· Tidak terjadi serangan kejang ulang.
· Suhu 36,5 – 37,5 º C (bayi), 36 – 37,5 º C (anak)
· Nadi 110 – 120 x/menit (bayi)
· 100-110 x/menit (anak)
· Respirasi 30 – 40 x/menit (bayi)
· 24 – 28 x/menit (anak)
· Kesadaran composmentis
|
1. Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah
menyerap keringat
2. Berikan kompres dingin
3. Berikan ekstra cairan (susu, sari buah, dll)
4. Observasi kejang
dan tanda vital tiap 4 jam
5. Batasi aktivitas selama anak panas
6. Berikan anti piretika dan pengobatan sesuai advis
|
1.
proses
konveksi akan terhalang oleh pakaian yang ketat dan tidak menyerap keringat.
2.
perpindahan
panas secara konduksi
3.
saat
demam kebutuhan akan cairan tubuh meningkat
4.
Pemantauan
yang teratur menentukan tindakan yang akan dilakukan
5.
aktivitas
dapat meningkatkan metabolisme dan meningkatkan panas
6.
Menurunkan
panas pada pusat hipotalamus dan sebagai propilaksis
|
||||
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
hasil
|
Rencana
tindakan
|
Rasional
|
3
|
Resiko
terjadinya injuri sehubungan dengan adanya kejang, perubahan status mental
dan penurunan tingkat kesadaran
Tujuan:
|
Pasien
bebas dari injuri yang disebabkan oleh kejang dan penurunan kesadaran
|
Klien bebas dari resiko injuri
|
1. Independent
monitor kejang pada tangan, kaki,
mulut dan otot-otot muka lainnya
2. Persiapkan
lingkungan yang aman seperti batasan ranjang, papan pengaman, dan alat
suction selalu berada dekat pasien
3. Pertahankan
bedrest total selama fase akut
Kolaborasi
4. Berikan
terapi sesuai advis dokter seperti; diazepam, phenobarbital, dll.
|
1.
Gambaran tribalitas sistem saraf pusat
memerlukan evaluasi yang sesuai dengan intervensi yang tepat untuk mencegah
terjadinya komplikasi.
2.
2. Melindungi pasien bila kejang terjadi
3.
Mengurangi resiko jatuh / terluka jika vertigo,
sincope, dan ataksia terjadi
4.
Untuk mencegah atau mengurangi kejang.
Catatan :
Phenobarbital dapat menyebabkan respiratorius depresi dan sedasi
|
No
|
Diagnosa keperawatan
|
Tujuan
|
Kriteria
hasil
|
Rencana
tindakan
|
Rasional
|
4
|
Kurangnya pengetahuan
keluarga sehubungan keterbataaan informasi
|
Pengetahuan keluarga bertambah tentang penyakit anaknya
|
· Keluarga tidak sering bertanya tentang penyakit anaknya.
· Keluarga mampu diikutsertakan dalam proses
keperawatan.
·
keluarga
mentaati setiap proses keperawatan
|
1.
Kaji
tingkat pengetahuan keluarga
2.
Beri
penjelasan kepada keluarga sebab dan akibat kejang
3.
Jelaskan
setiap tindakan perawatan yang akan dilakukan
4.
Berikan
Health Education tentang cara menolong anak kejang dan mencegah kejang,
antara lain :
o Jangan panik saat kejang
o Baringkan anak ditempat rata dan lembut.
o Kepala dimiringkan.
o Pasang gagang sendok yang telah dibungkus kain yang
basah, lalu dimasukkan ke mulut.
o Setelah kejang berhenti dan pasien sadar segera
minumkan obat tunggu sampai keadaan tenang.
o Jika suhu tinggi saat kejang lakukan kompres dingin
dan beri banyak minum
5. Berikan Health Education agar selalu sedia obat
penurun panas, bila anak panas
6. Jika anak sembuh, jaga agar anak tidak terkena
penyakit infeksi dengan menghindari orang atau teman yang menderita penyakit
menular sehingga tidak mencetuskan kenaikan suhu
7. Beritahukan keluarga jika anak akan mendapatkan
imunisasi agar memberitahukan kepada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
menderita kejang demam
|
1 Mengetahui sejauh mana
pengetahuan yang dimiliki keluarga dan kebenaran informasi yang didapat
2. penjelasan tentang
kondisi yang dialami dapat membantu menambah wawasan keluarga
3. agar keluarga mengetahui tujuan setiap tindakan
perawatan
4. sebagai upaya alih informasi dan mendidik
keluarga agar mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan
5. mencegah peningkatan suhu lebih tinggi dan
serangan kejang ulang
6. sebagai upaya preventif serangan ulang
7. imunisasi pertusis memberikan reaksi panas yang
dapat menyebabkan kejang demam
|
:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar